Selasa, 09 Oktober 2012

Artikel JAGAT RAYA DAN TATA SURYA

JAGAT RAYA DAN TATA SURYA


A. JAGAT RAYA
1.  Pengertian Jagat Raya

Jagat raya atau alam semesta (the universe) merupakan ruang tidak terbatas yang di dalamnya terdiri atas semua materi, termasuk tenaga dan radiasi. Jagat raya tidak  dapat diukur, dalam arti batas-batasnya tidak dapat diketahui dengan jelas.

Galaksi, bintang, matahari, nebula, planet, meteor, asteroid, komet, dan bulan, hanyalah sebagian kecil dari materi di jagat raya yang dikenal manusia yang hidup di Bumi. Akan tetapi, secara lebih mendalam semua yang ada di jagat raya masih merupakan rahasia yang sama sekali belum terungkap. Hal ini antara lain disebabkan karena tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia dalam mengungkap rahasia alam semesta masih sangat terbatas.

Seperti diketahu Bumi tempat tinggal manusia merupakan suatu bulatan kecil yang dikenal sebagai suatu planet anggota dari sistem tata surya dengan matahari sebagai pusatnya. Matahari merupakan salah satu bintang dari sekitar 200 miliar bintang yang ada di Galaksi Bima Sakti (The Milky Ways atau Kabut Putih). Lebih jauh lagi berdasarkan penelitian, Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di jagat raya, melainkan terdapat ratusan, jutaan, bahkan terdapat miliaran galaksi pengisi jagat raya ini.

2.  Teori Terbentuknya Jagat Raya

Rahasia mengenai bagaimana terbentuknya asal mula jagat raya telah melahirkan asumsi dan teori yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.

a.    Teori Ledakan Besar (The Big Bang Theory)
Big bang

Menurut Teori Ledakan Besar, jagat raya berawal dari adanya suatu massa yang sangat besar dengan berat jenis yang besar pula dan mengalami ledakan yang sangat dahsyat karena adanya reaksi pada inti massa. Ketika terjadi ledakan besar, bagian-bagian dari massa tersebut berserakan dan terpental menjauhi pusat dari ledakan. Setelah miliaran tahun kemudian, bagian-bagian yang terpental tersebut membentuk kelompok-kelompok yang dikenal sebagai galaksi-galaksi dalam sistem tata surya.

b.    Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)


Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan massa ekspansi (mengembang) yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen. Pada tahap ini terbentuklah galaksi- galaksi. Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 miliar tahun. Selanjutnya, galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk akan meredup kemudian memampat didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi. Setelah tahap memampat, maka tahap berikutnya adalah tahap mengembang dan kemudian pada akhirnya memampat lagi.

3.  Galaksi (The Galaxy)


Galaksi adalah kumpulan bintang yang membentuk suatu sistem,terdiri atas satu atau lebih benda angkasa yang berukuran besar dan dikelilingi oleh benda-benda angkasa lainnya sebagai anggotanya yang bergerak mengelilinginya secara teratur.

Di dalam ilmu astronomi, galaksi diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri atas bintang-bintang, gas, dan debu yang amat luas, di mana anggotanya memiliki gaya tarik menarik (gravitasi). Suatu galaksi pada umumnya terdiri atas miliaran bintang yang memiliki ukuran, warna, dan karakteristik yang sangat beraneka ragam.

Secara garis besar, menurut morfologinya galaksi dibagi menjadi tiga tipe, yaitu galaksi tipe spiral, elips, dan tidak beraturan. Pembagian tipe ini berdasarkan bentuk atau penampakan galaksi-galaksi tersebut.

Galaksi-galaksi yang diamati dan dipelajari oleh para astronom sejauh ini komposisinya sekitar 75% galaksi spiral, 20% galaksi elips, dan 5% galaksi tidak beraturan. Namun, ini bukan berarti galaksi spiral adalah galaksi yang paling banyak terdapat di alam semesta ini. Sesungguhnya yang paling banyak terdapat di alam semesta ini adalah galaksi elips. Jika diambil volume ruang angkasa yang sama, orang akan menemukan lebih banyak galaksi elips daripada galaksi spiral. Hanya saja galaksi tipe ini banyak yang redup sehingga teramat sulit untuk diamati.

Galaksi Bima Sakti termasuk galaksi spiral dan berbentuk seperti cakram, garis tengahnya kira-kira 100.000 tahun cahaya. Pusat galaksi berada dalam gugusan bintang  Sagitarius. Diperkirakan galaksi ini berumur 12–14 biliun tahun dan terdiri atas 100 biliun bintang.

Istilah tahun cahaya menggambarkan jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam waktu satu tahun. Dengan kecepatan 300.000 km/s, dalam waktu satu tahun cahaya akan menempuh jarak sekitar 9,5 juta kilometer. Jadi, satu tahun cahaya adalah 9,5 juta km. Hal ini berarti garis tengah galaksi Bima Sakti sekitar 100.000 × 9,5 juta km, atau 950 ribu juta km.

Untuk memudahkan perhitungan, digunakan satuan jarak, yaitu tahun cahaya. Dengan satuan ini, tebal bagian pusat galaksi Bima Sakti sekitar
10.000 tahun cahaya.

Lalu, di mana letak Matahari? Matahari terletak sekitar 30.000 tahun cahaya dari pusat Bima Sakti. Matahari bukanlah bintang yang istimewa, melainkan hanyalah salah satu dari 200 miliar bintang anggota Bima Sakti. Bintang-bintang anggota galaksi Bima Sakti tersebar dengan jarak dari satu bintang ke bintang lain berkisar antara 4 sampai 10 tahun cahaya. Bintang terdekat dengan matahari adalah Proxima Centauri (anggota dari sistem tiga bintang Alpha Centauri), yang berjarak 4,23 tahun cahaya. Semakin ke arah pusat galaksi, jarak antarbintang semakin dekat, atau dengan kata lain kerapatan galaksi ke arah pusat semakin besar.

Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta ini. Dalam alam semesta, ada begitu banyak sistem seperti ini yang mengisi setiap sudut langit sampai batas yang dapat dicapai oleh teleskop yang paling besar. Jumlah keseluruhan galaksi yang dapat dipotret dengan teleskop berdiameter 500 cm di Mt. Palomar sampai kira-kira satu miliar galaksi. Jadi, tidaklah salah jika seseorang memperkirakan bahwa andaikan seseorang memiliki teleskop yang jauh lebih besar, orang tersebut dapat melihat jauh lebih banyak lagi galaksi-galaksi di alam semesta ini.

4.  Nebula


Nebula adalah kabut atau awan debu dan gas yang bercahaya dalam suatu kumpulan yang sangat luas. Nebula banyak diyakini oleh para ahli sebagai suatu materi cikal bakal terbentuknya suatu sistem bintang, seperti sistem bintang matahari atau disebut tata surya. Nebula yang terkenal, antara lain nebula Orion M42 pada rasi Orion dan Nebula Trifid pada rasi Sagitarius.

5.  Bintang (The Star)

Bintang adalah benda angkasa yang memiliki cahaya sendiri. Salah satu bintang adalah Matahari atau disebut Bintang Matahari (The Sun Star), nama-nama bintang lainnya, antara lain Bintang Polaris, Antares, Aldebaran, Sirius, Spica, Betelguese, Hidra, Pegasus, Phoenix, Carina, dan Vega.

Kelompok bintang-bintang yang membentuk pola tertentu dan letaknya berdekatan disebut Rasi Bintang atau Konstelasi Bintang. Contohnya, rasi bintang Pari (Crux) yang merupakan kumpulan dari empat bintang yang letaknya berdekatan, yakni Bintang Alfa, Beta, Gamma, dan Delta. Selain rasi bintang Crux, nama-nama rasi bintang lainnya, antara lain rasi bintang Orion, Centauri, Ursa Mayor, Lyra, dan Aquilla.

Di sekitar ekliptika yang seolah-olah melingkari bola langit ter- dapat 12 rasi bintang yang disebut Zodiak. Dua belas Rasi bintang yang terdapat di sekitar ekliptika adalah Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius, dan Pisces.


B. TATA SURYA



Tata surya atau sistem matahari adalah suatu sistem yang terdapat di jagat raya terdiri atas matahari sebagai pusatnya, planet-planet (termasuk Planet Bumi), satelit-satelit (misalnya bulan), asteroid, komet, meteor, debu, kabut, dan benda-benda lainnya sebagai anggota dari tata surya yang beredar mengelilingi pusatnya, yakni matahari pada orbit atau garis edarnya masing-masing.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapatlah diduga bahwa bintang- bintang yang lainnya pun kemungkinan besar memiliki sistem seperti tata surya dengan pusat dan lintasan orbit tertentu.
Dalam arti lain, bukan tidak mungkin setiap bintang memiliki sistem bintang seperti matahari, karena matahari hanya merupakan satu dari miliaran bintang yang ada di jagat raya. Pertanyaannya mungkinkah ada kehidupan lain selain di bumi?

Benda-benda angkasa yang termasuk struktur utama dari sistem tata surya adalah:
1.    matahari (the sun);
2.    planet-planet (the planets);
3.    bulan (the moon) dan satelit lainnya;
4.    asteroid; dan
5.    komet.


1.  Teori Terjadinya Tata Surya

a.  Teori Nebula

Teori Nebula kali pertama dikemukakan oleh seorang filsuf ber- kebangsaan Jerman yang bernama Immanuel Kant yang hidup antara tahun 1724–1804.
Menurut Kant, tata surya berasal dari nebula, yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi berputar sangat lambat. Perputaran yang lambat tersebut menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang memiliki berat jenis tinggi yang disebut inti massa pada beberapa tempat yang berbeda. Inti massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya. Akibat terjadinya proses pendinginan inti-inti massa yang lebih kecil maka berubahlah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi disebut matahari.
Teori nebula lainnya yang berkembang dikemukakan oleh seorang astronom berkebangsaan Prancis bernama  Pierre Simon de Laplace yang hidup antara 1749–1827. Menurut Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Oleh karena perputaran yang terjadi sangat cepat, maka terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda- beda. Bagian-bagian yang terlepas tersebut berputar dan pada akhirnya mendingin membentuk planet-planet, sedangkan bola gas asal menjadi matahari.

b.  Teori Planetesimal


Moulton dan Chamberlain (1900) mengemukakan pendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal yang mengelilingi inti berwujud gas dan bersuhu tinggi. Gabungan dari bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat gas dan bersuhu tinggi membentuk matahari.

c.    Teori Pasang Surut



Astronom Jeans dan Jeffreys (1917) mengemukakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya hanya terdiri dari matahari tanpa memiliki anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari yang tertarik dan terlepas oleh adanya pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat matahari. Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari. Lama kelamaan mendingin dan membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.

d.    Teori Bintang Kembar

Teori Bintang Kembar dikemukakan oleh seorang astronom berkebangsaan Inggris yang bernama Lyttleton (1930). Teori ini mengemukakan bahwa awalnya matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi. Pada suatu masa, melintas bintang lain dan menabrak salah satu bintang kembar tersebut kemudian menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planet- planet yang mengelilingi bintang tetap bertahan, yaitu matahari.

e.    Teori Awan Debu

Von Weizsaecker (1945) dan G.P. Kuiper (1950) mengemukakan pendapat bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri dari debu dan gas (hidrogen dan helium). Adanya ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan perputaran yang sangat cepat dan teratur sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung kemudian menjadi matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah bentuk menjadi planet-planet.

Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelilingnya yang kemudian membentuk planet- planet yang beredar mengelilingi matahari.


2.  Matahari sebagai Pusat Tata Surya

Matahari merupakan salah satu bintang di dalam Galaksi Bima Sakti yang memiliki fungsi dan peranan paling penting di dalam struktur tata surya. Matahari merupakan bagian dari tata surya yang memiliki ukuran, massa, volume, temperatur, dan gravitasi yang paling besar sehingga matahari memiliki pengaruh yang sangat besar pula terhadap benda- benda angkasa yang beredar mengelilinginya.

Matahari memiliki garis tengah sekitar 1.392.000 km atau sekitar 109 kali garis tengah bumi. Massa atau berat totalnya sekitar 332.000 kali dari berat bumi, volumenya diperkirakan 1.300.000 kali volume bumi, dan temperatur di permukaannya sekitar mencapai 5.000° C, sedangkan temperatur di pusatnya sekitar 15.000.000° C.

Temperatur matahari yang sangat tinggi menurut  Dr. Bethe (1938) disebabkan oleh adanya reaksi inti di dalam tubuh matahari. Ia berpendapat bahwa dalam keadaan panas dan tekanan yang sangat tinggi, atom-atom di dalam tubuh matahari akan kehilangan elektron- elektronnya sehingga kemudian menjadi inti atom yang bergerak ke berbagai arah dengan kecepatan yang sangat tinggi, dan menimbulkan tumbukan antarinti atom dan penghancuran sebagian massanya (massa defect), kemudian berubah menjadi energi panas dan cahaya yang dipancarkan ke berbagai arah.

a.  Struktur Matahari

Bagian-bagian Matahari

1)  Atmosfer Matahari

Atmosfer matahari adalah lapisan paling luar dari matahari yang berbentuk gas, terdiri atas dua lapisan, yaitu kromosfer dan korona. Kromosfer merupakan lapisan  atmosfer matahari bagian bawah yang terdiri atas gas yang renggang berwarna merah dengan ketebalan sekitar 10.000 km. Lapisan gas ini merupakan lapisan yang paling dinamis karena seringkali muncul tonjolon cahaya berbentuk lidah api yang memancar sampai ketinggian lebih dari 200.000 km yang disebut prominensa (protuberans).

Korona adalah lapisan atmosfer matahari bagian atas yang terdiri atas gas yang sangat renggang dan berwarna putih atau kuning kebiruan, serta memiliki ketebalan mencapai ribuan kilometer.
Kromosfer dan korona dalam keadaan normal tidak dapat terlihat jelas dari bumi karena tingkat sinar terangnya lebih rendah dari lapisan permukaan matahari. Atmosfer matahari (kromosfer, korona, dan prominensa) dapat terlihat jelas jika bulatan matahari tertutup oleh bulatan bulan pada saat terjadi gerhana matahari total atau melalui pengamatan dengan menggunakan alat yang disebut koronagraf.

2)   Fotosfer Matahari

Fotosfer matahari adalah lapisan berupa bulatan berwarna perak kekuning-kuningan yang terdiri atas gas padat bersuhu tinggi. Pada fotosfer matahari terlihat adanya bintik atau noda hitam berdiameter sekitar
300.000 km. Bahkan ada yang berdiameter lebih besar dari diameter bumi dengan kedalaman sekitar 800 km disebut umbra. Di sekeliling umbra, biasanya terdapat lingkaran lebih terang disebut penumbra. Noda-noda hitam pada matahari secara keseluruhan disebut sun spots.

3)   Barisfer (Inti Matahari)

Inti matahari adalah bagian dari matahari yang letaknya paling dalam, berdiameter sekitar 500.000 km  dengan tingkat temperatur sekitar 15.000.000° C. Pada bagian ini berlangsung reaksi inti yang menyebabkan terjadinya sintesis hidrogen menjadi helium dengan karbon sebagai katalisatornya.

b.  Pergerakan Matahari

Matahari tidaklah berada dalam keadaan statis, akan tetapi selalu bergerak dinamis baik individu maupun secara sistem. Adapun gerakan matahari secara garis besar terdiri atas gerak rotasi dan revolusi matahari. Rotasi matahari adalah gerakan matahari berputar pada sumbunya yang berlangsung sekitar 25,5 hari di bagian ekuator dan sekitar 27 hari di bagian kutub matahari untuk satu kali putaran.

Revolusi matahari adalah gerakan matahari beserta anggota-anggotanya mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti.

c.    Peranan Matahari terhadap Kehidupan di Planet Bumi 

Matahari merupakan benda angkasa yang memiliki cahaya sendiri. Oleh karena itu, matahari memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sumber cahaya dan panas bagi planet-planet di sekitarnya, termasuk Bumi, sehingga dapat berlangsung  kehidupan manusia, tumbuhan, dan hewan di Bumi. Selain sebagai sumber panas dan cahaya, matahari memiliki peranan, sebagai pengatur iklim dan cuaca sehingga
memungkinkan terjadinya variasi kehidupan di muka bumi.


3.  Planet-Planet (The Planets)

Planet merupakan benda angkasa yang tidak memiliki cahaya sendiri, berbentuk bulatan dan beredar mengelilingi matahari. Sebagian besar planet memiliki pengiring atau pengikut planet yang disebut satelit yang beredar mengelilingi planet.
Dalam sistem tata surya terdapat delapan planet. Berdasarkan urutannya dari matahari.  Planet-planet tersebut terdiri atas Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, beredar mengelilingi matahari pada orbit atau garis edarnya masing-masing dalam suatu sistem tata surya.

a.  Klasifikasi Planet

1)   Berdasarkan Massanya
  1. Planet Bermassa Besar (Superior Planet), terdiri atas Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
  2. Planet Bermassa Kecil (Inferior Planet), terdiri atas Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

2)   Berdasarkan Jaraknya ke Matahari
  1. Planet Dalam (Interior Planet), yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya ke matahari lebih dekat dari jarak rata-rata bumi ke matahari atau lintasannya beradadi antara lintasan bumi dan matahari. Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang termasuk Planet Dalam adalah Merkurius dan Venus. Planet Merkurius ataupun Venus memiliki kecepatan peredaran mengelilingi matahari berbeda-beda sehingga letak atau kedudukan planet tersebut jika dilihat dari bumi akan berubah- ubah. Sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan Bumi-Matahari dengan suatu planet disebut elongasi. Besarnya sudut elongasi yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan Bumi-Matahari-Merkurius, yaitu antara 0°–28°, sedangkan sudut elongasi Bumi-Matahari-Venus adalah antara 0°–50°
  2. Planet Luar (Eksterior Planet), yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya ke matahari lebih jauh dari jarak rata-rata bumi ke matahari atau lintasannya berada di luar lintasan bumi. Planet-planet yang termasuk ke dalam kelompok planet luar, yaitu Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Dilihat dari bumi, sudut elongasi kelompok Planet Luar berkisar antara 0°–180°. Jika elongasi salah satu planet mencapai 180°, hal ini berarti planet tersebut sedang berada dalam kedudukan oposisi, yaitu suatu kedudukan di mana suatu planet berkedudukan berlawanan arah dengan posisi matahari dilihat dari bumi. Pada saat oposisi berarti planet tersebut berada pada jarak paling dekat dengan bumi. Adapun jika elongasi salah satu planet mencapai 0° berarti planet tersebut mencapai kedudukan  konjungsi, yaitu suatu kedudukan di mana suatu planet berada dalam posisi searah dengan matahari dilihat dari bumi, pada saat konjungsi berarti planet tersebut berada pada jarak yang paling jauh dengan bumi.

b.  Deskripsi Planet

1)   Merkurius

Merkurius merupakan planet yang letaknya paling dekat ke matahari, jarak rata-ratanya sekitar 57,8 juta km. Oleh karena jaraknya yang sangat dekat ke matahari, maka suhu udara siang hari menjadi sangat panas, mencapai 400° C, sedangkan pada malam hari menjadi sangat dingin, mencapai -2000° C. Perbedaan suhu harian yang sangat besar disebabkan Merkurius tidak memiliki atmosfer.
Merkurius memiliki ukuran paling kecil dalam sistem tata surya, garis tengahnya hanya 4.850 km hampir sama ukurannya dengan bulan yang memiliki diameter sekitar 3.476 km. Planet ini beredar mengelilingi matahari dalam suatu orbit eliptis (lonjong) dengan periode revolusinya sekitar 88 hari, dan periode rotasinya sekitar 59 hari.

2)   Venus

Venus merupakan planet yang letaknya paling dekat ke bumi, yaitu sekitar 42 juta km. Oleh karena itu, planet ini dapat terlihat jelas dari bumi sebagai noktah kecil sangat terang dan berkilauan menyerupai bintang pada pagi atau senja hari. Orang-orang di bumi seringkali menyebutnya sebagai bintang pagi atau timur ketika Venus berada pada posisi elongasi barat, dan bintang senja pada waktu elongasi timur.

Selain karena letaknya paling dekat ke bumi, kecemerlangan Venus disebabkan oleh adanya atmosfer berupa awan putih yang menyelubungi planet. Atmosfer tersebut berfungsi memantulkan cahaya matahari yang diterimanya.

Jarak rata-rata Venus ke matahari sekitar 108 juta km, diselubungi atmosfer sangat tebal terdiri atas gas karbondikosida dan sulfat. Sehingga pada siang hari suhunya mencapai 477° C, sedangkan pada malam hari suhunya tetap tinggi karena panas yang diterimanya tertahan atmosfer planet tersebut. Diameter Venus sekitar 12.140 km, periode rotasinya sekitar 244 hari dengan arah sesuai jarum jam dan periode revolusinya sekitar 225 hari.

3)   Bumi

Bumi merupakan planet yang berada pada urutan ketiga dari matahari. Jarak rata-ratanya ke matahari sekitar 150 juta km. Periode revolusinya sekitar 365,25 hari dan periode rotasinya sekitar 23 jam 56 menit dengan arah barat-timur. Bumi memiliki satu satelit yang selalu beredar mengelilingi bumi, yaitu Bulan (The Moon).
Diameter Kota Malang Bumi sekitar 12.756 km hampir sama dengan diameter Venus.

4)   Mars

Mars merupakan Planet Luar (eksterior planet) yang paling dekat ke bumi. Planet ini tampak sangat jelas dari bumi setiap 2 tahun 2 bulan sekali, yaitu pada kedudukan oposisi. Pada saat itu jaraknya hanya sekitar
56 juta km dari bumi.

Planet ini merupakan satu-satunya planet yang bagian permukaannya dapat diamati dari bumi dengan mempergunakan teleskop. Adapun planet-planet lain terlalu sulit untuk diamati karena diselubungi oleh gas berupa awan tebal dan jaraknya terlalu jauh dari bumi.

Mars merupakan planet yang keadaannya paling mirip dengan bumi sehingga memungkinkan terdapatnya kehidupan. Oleh karena itu, para astronom lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mempelajari Mars dibandingkan planet lain dalam jagat raya.

Jarak rata-rata Planet Mars ke matahari sekitar 228 juta km, periode revolusinya sekitar 687 hari, sedangkan periode rotasinya sekitar 24 jam 37 menit. Diameter planet ini sekitar setengah dari diameter bumi, yaitu
6.790 km diselimuti oleh lapisan atmosfer yang tipis dengan suhu udara relatif lebih rendah daripada suhu udara di bumi. Planet Mars memiliki dua satelit, yakni Phobos dan Deimos.

5)   Yupiter

Yupiter merupakan planet terbesar dalam sistem tata surya di tata surya, diameternya sekitar 142.600 km, terdiri atas materi dengan tingkat kerapatannya rendah, terutama hidrogen dan helium.
Jarak rata-ratanya ke matahari sekitar 778 juta km, berotasi pada sumbunya dengan sangat cepat sekitar 9 jam 50 menit, sedangkan periode revolusinya sekitar 11,9 tahun.

Planet Yupiter memiliki satelit yang jumlahnya paling banyak, yaitu sekitar 13 satelit, di antaranya terdapat beberapa satelit yang ukurannya besar, seperti Ganimedes, Calisto, Galilea, Io, dan Europa.

6)   Saturnus

Saturnus merupakan planet terbesar kedua setelah  Yupiter, diameternya sekitar 120.200 km. Periode rotasinya sekitar 10 jam 14 menit dan revolusinya sekitar 29,5 tahun. Planet ini memiliki tiga cincin tipis yang arahnya selalu sejajar dengan ekuatornya, yaitu Cincin Luar, Cincin Tengah, dan Cincin Dalam.
Diameter Cincin Luar Planet Saturnus adalah sekitar 273.600 km, Cincin Tengah sekitar 152.000 km, dan Cincin Dalam memiliki diameter sekitar 160.000 km. Antara Cincin Dalam dan permukaan Saturnus dipisahkan ruang kosong berjarak sekitar 11.265 km.
Planet Saturnus memiliki atmosfer yang sangat rapat terdiri atas hidrogen, helium, metana, dan amoniak. Planet ini memiliki satelit yang jumlahnya sekitar 11 satelit, di antaranya Titan, Rhea, Thetys, dan Dione.

7)   Uranus

Planet Uranus memiliki diameter 49.000 km, hampir empat kali lipat dari diameter bumi. Periode revolusinya sekitar 84 tahun, sedangkan rotasinya sekitar 10 jam 49 menit.
Berbeda dengan planet lainnya, sumbu rotasi pada Planet Uranus searah dengan arah datangnya sinar matahari sehingga kutubnya seringkali menghadap ke arah matahari.

Atmosfer Uranus dipenuhi oleh hidrogen, helium, dan metana. Di luar batas atmosfer Planet Uranus terdapat lima satelit yang menge- lilinginya, yaitu Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon. Jarak rata-rata Planet Uranus ke matahari sekitar 2.870 juta km.

Seperti halnya dengan Yupiter dan Saturnus, planet ini pun merupakan planet raksasa yang sebagian besar massanya berupa gas. Planet Uranus merupakan planet bercincin, ketebalan cincinnya sekitar satu meter terdiri atas partikel-partikel gas yang sangat tipis dan redup.

8)   Neptunus

Neptunus merupakan planet superior dengan diameter 50.200 km. Jarak rata-ratanya ke matahari sekitar 4.497 juta km. Periode revolusinya sekitar 164,8 tahun, sedangkan periode rotasinya sekitar 15 jam 48 menit. Atmosfer Neptunus dipenuhi oleh hidrogen, helium, metana, dan amoniak yang lebih padat jika dibandingkan dengan Yupiter dan Saturnus. Satelit yang beredar mengelilingi Neptunus ada dua, yaitu Triton dan Nereid. Planet Neptunus memiliki dua cincin utama dan dua cincin redup di bagian dalam yang memiliki lebar sekitar 15 km.

Pada awalnya planet yang diakui dalam sistem tata surya jumlahnya ada sembilan. Setelah kedelapan planet yang telah diuraikan di atas, masih ada planet kesembilan yaitu Pluto. Akan tetapi, setelah diseleng- garakannya pertemuan International Astronomical Union (IAU) ke-26 di Praha Republik Ceko pada 24 Agustus 2006, 424 ahli astronom dari seluruh dunia memutuskan dan menyepakati untuk mengeluarkan Pluto dari statusnya sebagai suatu planet. Akibatnya, Pluto yang selama ini dikenal sebagai planet terkecil dan menempati urutan kesembilan harus keluar dari daftar planet anggota dari tata surya. Status Pluto sekarang ini adalah menjadi planet kerdil (dwarf planet).

Para ahli astronom menyepakati bahwa benda angkasa disebut planet jika memiliki ukuran cukup besar dan berada tetap di garis orbitnya selama mengitari matahari, serta tidak mengalami garis edar tumpang-tindih dengan planet lain. Menurut para ahli, garis orbit Pluto tumpang tindih dengan orbit Neptunus sehingga secara otomatis Pluto terdiskualifikasi dari klasifikasi planet dalam sistem tata surya.

4.  Komet



Komet merupakan anggota tata surya yang terdiri atas pecahan benda angkasa, es, dan gas yang membeku. Komet mengorbit matahari dalam suatu lintasan yang berbentuk elips. Strukturnya terdiri atas kepala dan ekor komet. Kepala komet berdiameter lebih dari 65.000 km  meliputi inti dan koma.

Adapun ekor komet memiliki panjang sampai ribuan kilometer yang arahnya selalu menjauhi atau berlawanan dengan matahari.

Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat di- klasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Komet Berekor Panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, Komet Kohoutek yang melintas dekat matahari setiap 75.000 tahun sekali dan Komet Halley setiap 76 tahun sekali.
  2. Komet Berekor Pendek, yaitu komet yang garis lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya Komet Encke yang melintas mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.

Pada 1705, Edmund Halley memperkirakan bahwa komet terlihat pada 1531, 1607, dan 1682 dan kembali lagi pada 1758. Karena hal ter- sebut, salah satu dari sekian banyak komet diberikan nama komet Halley. Rata-rata periode munculnya orbit komet Halley antara set iap 76–79 tahun sekali. Komet Halley terakhir terlihat pada 1986 yang lalu. Inti atau pusat dari komet Halley diperkirakan kurang lebih 16x8x8 km. Inti dari komet Halley sangat gelap. Diperkirakan komet Halley akan tampak lagi pada 2061. Selain komet Halley, terdapat berbagai macam nama komet lainnya, di antaranya komet Hyakutake dan komet Hale-Bopp.

5.  Meteor

Meteor adalah benda angkasa berupa pecahan batuan angkasa yang jatuh dan masuk ke dalam  atmosfer bumi. Ketika meteor masuk ke dalam atmosfer bumi maka akan terjadi gesekan dengan udara sehingga benda tersebut akan menjadi panas dan terbakar. Meteor yang tidak habis terbakar di atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bumi disebut meteorit. Tumbukan meteorit berukuran besar pada permukaan bumi seringkali menimbulkan lubang besar di permukaan bumi yang disebut kawah meteorit, contohnya Kawah Meteorit Arizona di Amerika Serikat yang lebarnya sekitar 1.265 m.

6. Asteroid

Asteroid adalah kumpulan planet kecil yang terdapat di antara orbit Mars dan Yupiter. Penemuan asteroid diawali karena adanya kecurigaan para ahli astronomi yang melihat bahwa antara Planet Mars dan Yupiter dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh.
Para astronom berlomba untuk menyelidikinya dan berkeyakinan bahwa di tempat tersebut terdapat planet yang belum diketahui. Sampai saat ini telah teridentifikasi lebih kurang 5.000 asteroid pada daerah tersebut dan diprediksikan seluruhnya terdapat lebih dari 50.000 asteroid. Beberapa asteroid yang telah diidentifikasi antara lain Ceres merupakan asteroid terbesar dengan diameter 780 km, Pallas 560 km, Vesta 490 km, Hygeva 388 km, Juno 360 km, dan Davida 272 km.
Garis edar asteroid pada umumnya beredar di antara garis edar Mars dan Yupiter. Akan tetapi, ada pula beberapa asteroid yang menyimpang ke luar melintasi garis edar dari kedua planet tersebut.
Awal mula keberadaan  asteroid yang berjumlah puluhan ribu di antara orbit Mars dan Yupiter belum diketahui secara pasti. Secara teoretis diyakini bahwa asteroid terbentuk karena terjadi benturan diantara beberapa planet kecil sehingga terpecah-belah menjadi asteroid dengan jumlah yang cukup banyak.

7.  Bulan (The Moon)

Bulan merupakan benda angkasa berbentuk bulat yang beredar menge- lilingi bumi dalam suatu lintasan yang disebut garis edar atau orbit tertentu. Oleh karena bulan selalu bergerak mengelilingi bumi kemanapun bumi bergerak maka bulan merupakan satelit bumi (satelit artinya pengikut). Selain bumi, planet-planet lain yang memiliki satelit adalah Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus

Diameter bulan lebih kurang 3.476 km atau sekitar 1/4 diameter bumi, jarak rata-ratanya ke bumi sekitar 384.000 km. Periode revolusi bulan terhadap bumi sekitar 27,3 hari, sedangkan periode rotasinya sama dengan revolusinya, yaitu 27,3 hari atau satu bulan sideris, yaitu peredaran bulan mengelilingi bumi dalam suatu lingkaran penuh (360°). Ciri dari bulan yang telah menyelesaikan satu lingkaran penuh, adalah posisi bulan terhadap bumi telah kembali pada posisi semula.

Bulan merupakan benda angkasa yang sangat kecil gravitasinya kira- kira hanya 1/6 gravitasi bumi. Akibatnya bulan tidak mampu mengikat atmosfer.  Ketiadaan  atmosfer di bulan menjadikan keadaan bulan sangat sunyi karena tidak terdapat media yang berfungsi merambatkan gelombang suara. Akibat lainnya adalah pada siang hari suhu permukaan bulan menjadi sangat panas, yaitu mencapai 100° C, sedangkan pada bagian bulan yang mengalami malam hari suhu permukaannya menjadi sangat dingin, yaitu mencapai -150° C.

Bulan mengelilingi bumi dalam jangka waktu satu bulan. Pergerakan bulan dari waktu ke waktu menyebabkan terjadinya perubahan sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan antara matahari, bumi, dan bulan. Perubahan sudut tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan penampakan bulan jika dilihat dari bumi yang disebut fase bulan. Jika bulan berada pada posisi terdekat ke matahari, bagian bulan yang menghadap ke bumi akan tampak gelap, keadaan seperti itu disebut fase bulan baru. Sementara bulan melanjutkan pergerakannya mengitari bumi, tampak bulan berubah pula menjadi fase bulan sabit, lalu bulan setengah, bulan tiga perempat, kemudian menjadi  bulan purnama. Setelah tercapai fase purnama, fase berikutnya adalah kebalikannya sampai pada akhirnya terjadi fase gelap atau bulan baru kembali.

8.  Gerhana



Bumi dan bulan merupakan benda angkasa yang tidak memiliki cahaya sendiri. Tanpa adanya cahaya matahari yang dipantulkan oleh bumi maupun bulan, maka bumi tidak akan terlihat dari bulan demikian juga bulan tidak akan terlihat dari bumi.
Jika dalam peredarannya bumi maupun bulan berada dalam suatu garis lurus dengan matahari, maka memungkinkan akan terjadinya peristiwa gerhana matahari atau bulan.

a.  Gerhana Matahari


Gerhana matahari merupakan gerhana yang terjadi sebagai akibat bayang-bayang bulan mengenai bumi, dimana cahaya matahari yang menuju bumi pada siang hari terhalang bulatan bulan. Oleh karena diameter bulan tidak lebih besar dari diameter bumi, maka gerhana matahari hanya terjadi pada sebagian kecil permukaan bumi dan berlangsung lebih kurang 7 menit.

b.  Gerhana Bulan

Gerhana bulan adalah gerhana yang terjadi akibat bayang-bayang bumi mengenai bulan, artinya cahaya matahari yang menuju bulan pada malam hari terhalang oleh bulatan bumi. Diameter bumi lebih besar dari diameter bulan. Seluruh bulatan bulan akan tertutup oleh bulatan bumi sehingga ketika peristiwa gerhana bulan, seluruh permukaan bumi yang saat itu terjadi malam hari akan mengalami gerhana bulan yang berlangsung lebih kurang dalam rentang waktu 1 jam 40 menit.

Sumber :
Hartono. 2009.Geografi 1 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas X, Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah.Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta